Thursday, December 13, 2012

CATATAN- CATATAN KECIL



@. kita diciptakan dari kenangan, rindu dan doa. sebagaimana cinta tercipta untuk kita, yang saling mendoakan, yang saling menghinakan untuk benci yang kadang- kadang datang. oh iya, hidup bukan cuma cinta dan kenangan, kan? ada puisi yang selalu menunggu untuk dituliskan, juga bunga yang mendadak tumbuh di tubuhmu, sesekali.




@ barangkali, di dalam koper merah yang diam di sudut itu bisa menghilangkan kesepian, yang betah berlama- lama dan akhirnya kupelihara. sepasang sepatu, syal biru tua, dikirim ke alamatku setelah tigaratus lima puluh ribu kukirim dari m- banking dan buku alamat- alamat terakhir, harapan yang selalu ingin kuajak serta, berebut menghilangkan kecemasanku akan bahagia. aku pergi sayang! aku pergi dari hatimu yang pernah menganga karena kutukan cinta. perempuan yang hingga kini tak bisa lepaas engkau gambarkan sebagai daun, hujan dan sunyi.



@ seperti ranjang yang terlambat untuk ditiduri, dingin yang menempel pada serabut seprai yang halus dan licin, menunggu gemerisik tubuh mendatanginya, seperti kita menunggu harapan datang meski kegalauan kadang- kadang menghadang, dan hidup terasa begitu menjemukan. bukankah begitu, sayang?




2012 

YANG SESUNGGUHNYA


sungguh benar aku mencintaimu hingga asam lambung seringkali naik menjadi lendir kuning di lidah lalu tumpah di bawah jendela.

sungguh benar aku merindukanmu hingga penghancur enzim dan minyak aroma therapy setia di kantong Prada, tenggelam dalam LV tiruanku, seperti namamu yang slalu diam terbawa.

saat itu bayang wajahmu, aroma melati dan keliaran jemari mematuk sepi- sepi yang berkumpul di rongga dada, juga malam ketika rindu menjelma keinginan untuk saling memagut pada jok kabin sebuah taxi. bibir kita memahat kenangan di sepanjang jalan kota metropolitan.

kali ini ada puisi, TIM dan kau di dadaku

2010

MATAMU



Seperti sekumpulan sajak, matamu membuatku takjub. Tak berhenti kubaca setiap urat- urat kecil yang melingkar di sana, membaca dan mengingat betapa aku bahkan bisa berlama- lama duduk dan hanya memandang wajahmu.
Seperti sekumpulan rindu, tak berhenti kupelajari serabut di matamu itu, seolah itu jalanku menuju, mencari yang tak pernah kutemui di tubuhmu.
Pupil matamu, aku pernah berhenti memandangnya sekali waktu, menikmati keheningan disana seolah sepi akan berakhir dan aku tak ingin itu.
Akhirnya, aku cuma bisa mengingatmu di sembarang waktuku, berpura- pura menjadi puisi yang kau tulis, dan tak berbahagia ketika memang itu bukan yang kumau

 

Juli, 2012

LUKA



Apa yang dulu kusebut luka, kini berdiam dalam diriku. Sesuatu yang dulu sudah berusaha mati- matian kutinggalkan di kejauhan, beribu- ribu kilometer jaraknya dari tubuhku.
Entah musim apa tiba- tiba saja dia sudah di depan pintu hatiku, mengetuk jantungku serupa tamu.
Maka kubiarkan masuk dia dan melepas sepatunya di luar jangkauanku. Kusuguhi dia perasaanku, dan dia menyukai rasa asin dari
airmataku, maka dia naik pula di mataku. Berjalan- jalan seolah- olah di sana ada sebuah mall, membawa perihnya hingga terasa ada ribuan jarum yang sedang merajut pelindung bagiku.

Mungkinkah? Mungkinkah dia sekaligus datang dan melindungiku dari serbuan luka yang lain? Kupikir begitu, maka kubiarkan luka itu menempatkan dirinya di dalam diriku dengan nyaman.
Apa yang kubisa selain memberikan sedikit tempat baginya untuk mengenalkanku pada bahagia yang sesungguhnya? Tak ada, kecuali rasa kehilangan yang terus mengikutinya, menjadi ekor seperti rusa yang kehilangan tanduk, mencari- cari bagiannya di bagian tubuhku yang lain.
Maka di sanalah dia. Berdiam dan santun mengirimiku rasa kehilangan yang paling sangat : rindu

April 2012

AKU TERUS MENCARIMU



aku mencarimu, Firsa.
Kadang berpura- pura menjadi denting jam,
bertengger diam di lobi sebuah hotel.
mencari sekuntum senyummu tiap pintu lift membuka,
terperangah disikut langkah- langkah turis asing. kau tak pernah ada.

aku terus mencarimu, Firsa
sesekali bahkan tersesat di pasar depan kota,
menimbang- nimbang kembang yang gugur dihela angin
penjual bunga memanggilku dengan namamu. aneh bukan?
aku lalu memilih baju sewarna wortel segar, mencoba memikat matamu
dan menarikku keluar dari pusaran kenangan. tapi engkau di mana?

aku terus mencarimu, Firsa.
hingga tandas kuteguk kesepian itu dari lekat bayang wajahmu
kesesalan seperti batu kecil, beribu kali mengeras di bawah langkahku
luka itu berserabut sampai ke hati, kau tahu!

sungguh telah jauh waktu berlalu, Firsa
dan perjumpaan demi perjumpaan yang tak kunjung,
menghanyutkanku pada setandan kenangan, tak sudah- sudah



september 2012

CINTA



cinta itu pernah ada dalam tawa canda, air mata. 
dan kenangan membukukannya dalam hati 
juga ingatan hingga moment itu benar- benar menghilang diseret waktu
saat itu, mungkin kita hanya sebuah debu kecil yang tak mau pergi, 
nyangkut di serat dan alur sebuah kemeja, 
mengikutimu bertahun- tahun hingga lapuk dimakan rayap
terbuang sepi pada sudut yang tak pernah diberi cahaya.

pada akhirnya memang semua kenangan akan terbuang dan hilang..



13122012

Wednesday, December 12, 2012

SUNYI




kerianganku ditelan ombak pantai losari
angin laut, kepulan kenangan dan deru kapal yang jauh kian mendorongnya hilang
hingga kukenal lekat jalan pulang menuju bayang sendiri : sunyi

makassar, 28112012

MAKASSAR




di sini malam terasa lebih gelap dan dingin
kesepian yang menyayat sepanjang pettarani,
memantul seperti bola, menggemakan kehilangan berulang- ulang
begitu lirih dan berkarib pada perasaan yang murung
hingga antara tubuhku dan tubuhmu, kenangan berhamburan seperti air dari pipa yang bocor, melumat kerianganku
sampai lidah ini kelu dibakar rasa rindu

clarion , 27112012

DI SEBUAH PANTAI

: Ab Asmarandana


di sebuah pantai, senyummu menjadi ombak yang memanggilku.
kesiur angin laut, suara peluit dari pelabuhan dan kapal- kapal yang berlayar,
menulikan ingatanku tentang dia yang jauh berperahu ke seberang.
sampai kapan dia ditunggu, ditunggangi rindu yang luar biasa menikam lebih dari tombak nelayan yang memagut ikan- ikan dan kembali pulang,
aku dihajar sepi berulang- ulang.

laki- laki dari timur, kubawakan padamu sekuntum duri, mawarnya kau simpan di mana?


11122012

DI SEBUAH CAFE


: Ab Asmarandana


di sebuah cafe, matahari jadi keliaran yang mesti kupadamkkan dengan segelas limun
aku duduk di ujung meja bartender, memilin kata- kata, sesekali menguap, memandang keluar, menatap pintu yang berayun menutup dan membuka, berselisih pandang dengan penjaga pintu di luar,
bertanya- tanya, bila senja, akan kutuang kemana sisa kopi dan kenangan yang tak ingin dikenang

11122012

RINDU IBU



Hujan tak jadi turun padahal di luar kabut menggantung pilu
Ada suara- suara datang dari kejauhan
Berderap bersama rindu yang kubuatkan kantungnya di kalbu
Dan rindu itu memainkan melodinya hari ini
Di belakang hari- hari kemaren yang rasanya seperti jatuhnya embun di daun- daun
Hening, bening dan penuh kenangan

Lembut di perdu matamu ibu, menempa rinduku dari tahun ke tahun
Aku bersandar di rimbunnya doa, kepadamu selalu..


Desember 12, 2012

HUJAN DI MUSIM INI


: Taufik Afandi


hujan yang selalu turun di musim ini, berulang- ulang menanam kabut di mataku
engkaukah penjaja sepi yang kutemani tiap kenang datang merayap,
mengisi gelas- gelas kopi dan sepiring kue yang tak pernah habis disantap,
ketika malam menjelang dan pagi tak pernah habis melumat bibirku
nyeri itu,
O, betapa kian menyibak hadirmu yang sebentar


oktober 2012

SEMISAL MALAM



semisal malam, akulah kabut. berkumpul di bawah cahaya lampu merkuri sebuah jalan depan rumahmu. menunggu fajar tiba lalu berpindah di kaca jendela, menempel di daun- daun. embun yang setia mengingatkanmu bahwa dingin itu seperti kesepian abadi, melingkari mataku yang tak hendak lepas menatapmu
semisal kata, akulah abjad. menghimpun diri bak puisi, lahir dari kenangan, hari sepi, cangkir kopi, matahari atau bahkan apa saja.
maka temani penciptaanku sebab engkaulah segala tuju itu


19/11/2012

ALEJANDRO



ada yang bilang kangen, Alejandro
ketika masih terang tanah dan embun- embun mulai berkerumun
daun- daun segar seperti daging mentah
yang baru dibelah
padahal jendela belum lagi terbuka

mereka bilang kangen padaku, Alejandro
kangen seperti ombak yang menabuh geladak kapal
buihnya memecah, dilarung kabut tengah hari
ikan tembang terbang dan mati di buritan terbawa kailmu

mereka bilang kangen padaku, Alejandro
berpura- pura jadi tentara, pergi berperang dengan senjata besi
mau melawan siapa jika tak ada musuh selain nyawa sendiri
sepi?

aku harus bagaimana, Alejandro
di palang pintu telah tertegun sebuah nama yang diukir pisau dari matamu
dan aku melihatmu dengan cinta yang terhunus seperti pedang
siapa yang akan kau bunuh kembali
sedang mereka hanya pura- pura
kecuali aku yang menantimu di depan laut
memainkan selendang sambil berujar :
kemarilah, kemarilah kau cintaku satu..


12122012

Friday, December 7, 2012

SURAT UNTUK KAU (SEPANJANG PETTARANI)

: Tata Kay

aku berjalan menyusuri kotamu. dalam sepi yang mengendap hinggap di kalbu. gerimis masih turun. kadang menghalangi pandang, kadang menyentuh pucuk kepala. ritmis, hingga terasa magis dan aku menikmatinya bersama ingatan- ingatanku yang selalu saja menarikmu bertumpu di pikiranku.

aku berjalan pelan di kotamu. menangkap seluruh apa yang bisa kutangkap dengan mata dan hati untuk kuabadikan sebagai kenangan, kelak ketika aku pulang dan hanya berhak mengingatmu saja tanpa harus menyentuhmu lagi, semua akan membuatku kembali menertawakan ketololanku.

gerimis masih ada, betah menemani kesepian yang berdentam- dentam selama aku berjalan. dan kurasakan, sesuatu yang menarik sel- sel di seluruh tubuhku begitu kuat, menimbulkan kelelahan luar biasa setiap kali aku mengingatmu. tapi aku terus berjalan di antara gerimis, dan hari itu aku mulai menyukai rasanya. dingin, lembut seperti kau barangkali namun kini itu hal yang paling besar dan utama dalam prioritasku untuk dilupakan. bukankah seharusnya memang begitu?

kumasukkan jari- jariku yang mulai dingin dalam saku baju, mencoba menggeraikan rambut sekaligus menggeraikan kenangan yang memanggil- manggil untuk keselusuri, padahal yang sekuat tenaga ingin kuhindari. aku cuma ingin berjalan- jalan, mengingatmu sedikit namun menyimpan segalanya di benakku agar satu saat aku bisa mengingatnya dengan baik. kenangan itu, jalan ini, taxi itu, alamat ini dan hujan yang terakhir itu, saat kita berpisah. maka kukemas seluruh perasaan yang tersisa dan membuangnya hingga rasanya begitu banyak tempat yang mendadak kosong di ruang hatiku.

dan aku berbalik arah, tak mungkin datang kepadamu dengan hati yang melankolis seperti ini hingga tujuanku untuk melupakanmu terbang dibawa angin bulan desember. lalu berpatah- patah di sebelahmu, memandangmu penuh rindu sementara hatimu entah berjalan kemana. kupikir kau bukan batu atau patung namun ketika bersamamu aku merasa menjadi pematung yang sedang memandang penuh kagum pada penciptaannya. oh betapa perasaan yang pernah kupelihara untukmu ini begitu membodohkan.

aku terus berjalan dan tiba di depan rumah yang kutinggali sementara, gerimis masih turun seolah di atas sana seseorang sedang menghapus air matanya dengan tisue dan memerasnya di atas kepalaku, memandang bangunan itu dengan sedih. terbayang beberapa waktu lampau ketika kau memelukku di balik jendela kaca saat hujan menderas di luar. aku merasa cinta dan hubungan kita selalu tertinggal di dalamnya. melekat dan berserak menjadi lumut yang memagari rumah itu dari angin dan badai. pelukanmu, kata- katamu, tidakkah kau berpikir akan begitu sulit melupakan semua itu saat aku tak ingin dibebaskan dari perasaan ini? tapi kau sudah memilihkan jalan untukku, hingga saat ini yang kuinginkan cuma satu, pergi darimu dan mengkoperkan seluruh kenangan kita di dalam kotak hitam kecil itu.

begitulah. ketika tiba dan saat hujan datang di kotaku, aku tidak ingin apa- apa kecuali dipeluk rindu, rindu yang luar biasa namun kau enyahkan. aku lantas bergelung dalam kenyamanan yang kucipta sendiri. mengingatmu, merindukanmu, menangisimu untuk terakhir kali. benar- benar untuk yang terakhir kali hingga kebosanan merajam seluruh ingatanku.

betapa bodohnya sungguh, kusia- siakan waktu setahun lebih untuk berjalan bersamamu, seseorang yang tak pernah mampu untuk setia.



December' 2012

Sunday, September 16, 2012

PUISI I


dan aku bergerak seperti perahu, menuju ke lepas laut yang lebih biru dari perasaan yang pernah ada
cahaya dan angin berlomba mengayun, geladakku tumpah riuh dipenuhi kesunyian

dan aku bergerak kemana layar membawa, menuju ke lepas laut hingga kaki- kaki langit terasa seperti engkau yang sedang ingin kucium
kemana ombak, di mana karang, aku bahkan berlayar seperti harapan di dadamu :
"perjumpaan sebatas ingin, namun mengingatmu lebih penting"

dan laut membawaku kian jauh, perahu kecil yang setia mengayun ke tepi tiada
di sini, malam terlalu gelap. bahkan kompas sesekali menghilang
kenangan lumpuh ditelan kabut dan matahari :
aku lupa jalan pulang ke dadamu

adakah yang lebih sia- sia dari ini dan membungkam ingatanku seperti mati


September 2012

TIGA PUISI UNTUKMU


a)


karena namamu, serumpun batang sunyi rela disembunyikan seorang perempuan di tubuhnya
dan dadanya yang tak pernah penuh selalu punya lubang untuk menanam dirimu

karena namamu, rindu tabah menggali keabadian di lekuk hatinya
maka jangan mengikuti kepergian ketuju yang lain
di dadanya, engkaulah tungku api,
panas yang menghangatkan dingin sepi itu



b)


pada tubuhmu yang langsing rindunya bergelambir
tak mau pergi, tak mau musnah
meski dia serupa pulau sepi diterjang cahaya api
menghanguskan cabang- cabang kenangan yang dia simpan berlama- lama

dan jangan pergi, kau ulang- ulang itu di telinganya
maka jangan pergi, dia ulang- ulang itu di telingamu

padang kuning emas dirimbunkan rusa betina
dan rusa jantan berlari kesana kemari
tak ada yang saling meninggalkan




c)


kau dan kopimu
aku dan sepiku
kita bertemu di tubir senja
dengan gumpalan rindu tersisa seperti ampas di dasar cangkir
tandas dilibas dahaga yang meraung- raung
mencandu dipilin sepi itu sendiri



September 2012

Thursday, August 30, 2012

KEHILANGANMU



sejak kau pergi, ada yang mengapung di dadaku, yang tiba- tiba saja menjadi laut biru
yang sunyi gelombang, tanpa gemuruh apalagi riuh camar
seperti kapal- kapal berlayar ke negeri jauh,
menghantar pergi, membawa kembali
dengan lambaian pilu selamat tinggal, lirih
lalu terbawa arus entah kemana
barangkali singgah di kehilangan yang lain,
menumbuhkan sepi di sana
tapi meninggalkan kenangan di sini, abadi seperti ruas jarimu yang kerap kucium di dalam mimpi

sejak kau pergi, seperti kabut gunung yang pergi saat matahari muncul
menggenapkan pagi betapa begitu kehilangan seandainya malam adalah juga engkau, sungguh, alangkah sunyi keberadaan yang lain
hingga aku harus berhenti merasa sedih

jadi begitulah ibu, kusebut kehilangan ini sebagai rindu yang setia menuntunku pada rasa sepi



April, 2012

LUKISAN







Mari kelirkan perasaan kita kembali ke warna abu- abu
Dengan sedikit hiasan jambu biar mereka tau kau pernah jatuh cinta
Dan separuh halaman kertas gambar itu kububuhkan warna terung, agar mereka tahu dulu aku pernah tergila- gila

Setelahnya, terserah mau kau gambari apa saja aku tak keberatan
Sebab itu kertas gambarmu, seumpama hati yang kerap kau bawa kemana- mana,
dan menyadari bahwa hanya dengan itu kau tak akan pernah berhenti berharap untuk jatuh cinta, lagi
Dan aku cukup di sini, berdiri dan tinggal di dalam kelas, menekuri kertas gambar yang tak pernah ingin kuisi
Sambil memandang ke luar jendela, menunggu perasaanku dibubarkan sepi
Sebab di dalam diriku sudah ada kanvas melebihi kertas gambarmu
Yang tak pernah ingin kugambari dengan bentuk apapun, sekalipun itu matamu yang kerap membuatku terburu- buru menuliskan sesuatu
Cukuplah dengan memandangmu dari balik apa saja,
Maka tersusunlah disana cerita berwarna terung, karena aku bahkan tak pernah berhenti tergila- gila padamu



Mei, 2012

TENTANG RINDU




Ini rinduku, kutanam di sebelah jendela kamar bulan oktober setahun yang lalu
Dengan bibit seharga dua puluh lima ribu rindumu
Jadilah dia tumbuhan satu- satunya di dunia yang kunamai dengan namamu


Mei, 2012






Friday, May 4, 2012

MAMA PERGI



Kami tahu, ma. Cinta kami kalah banyak sama Tuhan. Makanya engkau diajakNya pergi, jauh, menembus jarak, waktu dan tak lagi kembali. Batu rindu dan ikhlas yang banyak mengiringi langkahmu..

14 Maret 2012


LAKI- LAKI DARI SELATAN 2



di jalan yang sunyi aku hanya bisa memandang kesiur angin menerbangkan daun- daun. hujan turun perlahan, ada 'angels brought me here' di balik pintu, sayup mengalun, membuatku tertegun mengingat matamu. sementara sepi terus dan terus menggali tempatnya di hatiku.
di bawah jendela ada pohon yang mulai bertunas, seperti rinduku, lagi dan lagi.. 

April 2012

SEGALA YANG TAK TERUCAP


sesekali, masih teraba senyummu, usapanmu. sebaris nadi yang denyutnya seperti kejut listrik, hidup dalam ingatanku siang dan malam.
aku menatapmu, mama. aku menatapmu dengan doa yang berdentam di dalam dada. ketika matahari pelan- pelan turun, hilang lalu senyap menjadi malam untuk kembali lagi esok hingga tak tersisa rongga untuk tak mengingatmu, adalah aku dalam seribu kesunyian tanpamu.
kadang aku bertaruh, kau ada di sebelah kananku ataukah di depanku, sebab pandangku tak lelah menancap seperti paku pada gambarmu, siluet yang menjadikan rinduku tak butuh untuk dihentikan. sebab memang tak ada yang perlu dihentikan. cinta akan terus menuju dan lesap pada jiwamu.

ma, angin yang setia bertiup saat senja datang, adalah doa dan kenangan, tempat tercurah segala perasaan, pedih dan bahagiaku sejak kau jauh.

maka pada kalbu kusiapkan tempat bagimu mama. selalu. untuk segala yang tak terucap, untuk segala yang kau tinggal..

19032012

Monday, April 30, 2012

MEMBACA KENANGAN

PADA SEBUAH KOTA 

datanglah wahai 
beri aku puisi 
malam ini kangenku jadi kabut 
berkumpul di luar jendela hotel 
pada sebuah kota, 

Makassar, Juni 2010 




SAYANGKU! 


sayangku, sayangku! 
hati menjelma burung pagi tadi 
sayapnya luruh satu satu 
saat menemu kau diam di atas gelombang 





KEKASIH, KEKASIH 


kekasih, kekasih! 
untuk apa kau bawa rindu lagi? 
pada wajahmu yang kelabu aku lalu menjadi sepasang pengantin tua yang kesepian, tinggal menunggu waktu 

terkubur pada cinta yang layu 




POHON DAN KEMBANG SEPATU 


aku berjalan di antara rindu dan sepi yang gigil, 
menjadikan bayang wajahnya adalah waktu yang tak sempurna untuk kusinggahi 
maka sekali lagi kubiarkan pohon dan kembang sepatu tumbuh di dadaku.. 


Bintaro, 2010 

PEREMPUAN INI







siang malam menunggu kekasihnya
mencoba menjadi angin, menjadi matahari
mengembara di tiap lekuk tubuh yang bukan laki- lakinya
mencari aroma yang dulu memabukkan

perempuan ini,
sangsai dilamun rindu
setia menyimpan api di liang tubuhnya
mimpi membakar hasrat cinta hingga debu
seperti saat gelap memasukinya, menelan segala kutukan menjadi abadi,
doa- doa yang tak butuh diucapkan

perempuan ini,
bermimpi menjadi rinai di tubuh laki- lakinya,
yang pernah berkali- kali menjadikannya gurun sepi

perempuan ini,
bermimpi menjadi samudra, perahu layar bagi lelakinya
bermimpi menjadi desir ombak, gelombang pasang berbulan- bulan
meniadakan daratan baginya

sebab tak perlu ada yang membawakannya lentera 
jalan pulang adalah tubuhnya, 
rumah bagi kelaminnya yang sepi..



Jakarta, 14102011 

JARAK & RINDU

Jarak hanya rindu yang tak tiba tepat hati 
Matahari, pagi dan sepi masih terasa seperti puisi yang sedih dan kehilangan arah tuju 
Kepedihan berderap memasuki senja 
Menetap di dadamu bagai dingin di musim hujan 

Betapa deras rinainya di luar kian cemaskan sepiku.. 

Juni, 2011 

SUDDENLY


suddenly, suddenly I 'm thingking about you in this hospital
do you still here?
I'm sorry couldn't keep my promise
Instead don't want to
But let it be, as before we drown in the life of each
You are happy and I sorrow it self
Need a lot of longing to meet,
Despite the distance separating it
But I'm hoping we still together in any condition
Like my longing always go on to your's




bbp, 26122010


LETTER FOR MARC ANTHONY


Coz 'you sang to me'

Dari sini diam- diam aku memandang wajahmu. Malam terasa lebih kelam dari biasa. Suara angin mati dan yang berdesir hanya ingatan di kepala. Sepi berjejalan dengan rindu, memaksa untuk percaya, betapa ketika suaramu menjadi semacam melodi, aku tak pernah seriang itu. It was.

Terasa kian getas sendiri ini ketika gesekan daun di batang pohon hanya terdengar dari hati. Dan setiap lagu- lagu yang terdengar itu benar, pelan- pelan sepi membuka kesedihan, sedalam matamu, sebanyak kenangan yang terucap. Namun tak cukup membuatmu tinggal lebih lama. How come you not thinking of me.

Aku mencintaimu lebih dalam dari ukuran hati itu sendiri. Dan pernahkah kau mengukur kedalaman hatimu ketika kehilangan tiba- tiba memaksa masuk di sana.

me, your poem

July, 2011

HOPE


every morning i want you to hold my hand
we woke up with a full happy
two cups of coffee are also some what chocolate bread
we listened to the television news today
but it is not possible, right?
because we've got to own life

did i already say if you had a wistful eye
when restless so disturbed
i feel safe there and
still keep some of your kiss
when we are very close, when we're into

every morning i want you to be my light
such as outside the soothing dew grass and
you still love me
never end..



bbp, 13122010

MISSING YOU

Ketika aku rindu kau, aku menulis puisi di kamar, sendiri. kuputar televisi lalu kumatikan lagi ketika di situ hanya ada sinetron dan berita. Aku muak dengan sandiwara- sandiwara begitu. Politik dan berita kriminal juga membuatku tak nyaman.

Ketika aku rindu kau, kubuka mp 3 di ponsel lalu kucari lagu yang paling menggambarkan suasana hati. Mirai e dari Jepang atau You Are The One nya Chris Cuevas? Ah, tak masalah tentang itu. Aku suka keduanya. Perasaan sedih dan menunggu kian kental menggaruk garuk hati. Tapi apa yang kutunggu? Tak ada. Tak sesiapapun.

Ketika aku rindu kau, dua jam tiga jam dan seterusnya hanya ada kau. Aku lalu berjalan keluar memandang bulan, bintang dan cahaya- cahaya yang menyala dari rumah- rumah tetangga. Sayup- sayup suara takbir menggema di sekelilingku. Udara semakin dingin, angin lewat di helai- helai daun, rumput dan kecamuk rindu kian matang.

Ketika aku rindu kau, ah, alangkah sepinya kita. Aku merasa seperti di tengah danau, perahuku diam dengan bayangannya. Kiroro Mirai e lalu kusetting repeat dengan bahagia. Ternyata aku lebih menyukai lagu itu. Tidak ingin kupahami makna kata- katanya, aku hanya merasa kau begitu dekat ketika menikmatinya. 

Dan kau, ini puisiku. Aku cuma rindu. Dan ini puisi rindu untukmu. Begitu sederhana, begitu sederhananya.
Tapi mengapa kau pergi..


des, 2010

AKU MENULIS PUISI DIIRINGI LAGU UNGU TERBARU


Hujan menderas di jl. KH Ahmad Dahlan. Mobil datang dari segala arah dengan tujuan entah. Senja jatuh di lanskap gedung gedung dan jajaran palem, menggayut sepi pada hijaunya yang daun.
Aku mengingat sepi ini, seperti sepi sepi yang pernah kau kirim lewat puisi. Begitu banyak kalimat tentang kekosongan yang menuduhku menyimpan hujan. Tapi bukankah hujan adalah sepi yang dikirim Tuhan untuk kita?
Aku menemukan kemacetan di mana mana saat hujan turun. Dengan begitu aku jadi punya waktu lebih untuk mengingatmu di antara titik titik hujan ini. Tahukah kau jika tatapanmu terkadang membuat hatiku tiba tiba mendung? Itu dulu. Tapi itu dulu. Dan di senja ini kutemukan kembali bayangmu di antara hujan, jalan KH Ahmad Dahlan dan kemacetan kota.
Meski kita pernah membangun sejarah berulang ulang di sebuah rumah hijau, engkau tetaplah sahabat terbaik. Atau mantan terindah? Ah, itu hanya judul sebuah lagu. Hehe Aku masih di Jakarta menuju jalan ke arah pulang. Kau dimana?
Antara adzan dan iqomat pintalah doa, katamu. Dan disinilah aku, dari sebuah cahaya kuning yang mengkedip kedip, menghujamkan doa doa untuk segala kehampaan. Aku juga mendoakanmu, semoga tak dihujani sepi yang mengiris.

Tapi begini saja kita, biar kau slalu menjadi ingatan paling santun yang pernah kukenal, paling romantis mendebarkan jantungku beberapa malam, maka kusejajarkan sepi dengan kepahitan agar selalu ingat pernah bahagia bersamamu.


OTW , 18112010

INI BUKAN PUISI


Ini bukan puisi. Hanya sekumpulan kata kata yang selalu mendesak keluar untuk dituliskan saat pagi belumlah datang. Ini bukan puisi, hanya isi hati yang perlu diterjemahkan ke dalam bahasa yang baik. Ini sungguh bukan puisi karena menuliskannya pun dengan kesedihan paling tajam, air mata yang tak bisa dibandingkan dengan aliran sungai pasanggrahan ketika hujan turun deras sekali. Tidak begitu deras hanya saja setiap tetesnya mampu membuat sebuah lubang begitu luas menganga.
Ini bukan puisi. Sungguh! Hanya sebuah luka yang tak pernah terbaca, hanya sebuah duka ketika sedari subuh hingga pagi kembali lagi rindu berulang menjadi sebongkah batu, menggelinding jauh entah kemana. Bagai bola salju, yang mata hidung dan bibirnya ada karena kau begitu tak peduli membaca hati. Bisakah cinta membuat buta lalu mati seperti kesepian yang tajam membelah jantung?
Ah, duka masih terlalu pagi untuk mengganggu rutinitas harian. Bukan begitu, sayangku..



28/10/2010

GAMBIR DALAM KENANGAN




Kereta~ kereta datang dan pergi
Gemuruhnya mengalahkan sepi 
Di peron satu aku menunggu engkau 
Di bangku besi yang dingin 
Suara roda kereta teredam debarku sendiri

Menulis puisi tak dapat mengusir penat yang tumbuh perlahan
Merayap dari bangku dan dada orang orang yang betah menunggu
Aku terkesiap ketika subuh datang menjelang
Lampu lampu dipadamkan
Cahaya di hatiku ikutan padam
Ternyata tak satu kereta datang mengantarmu kepadaku
Segelintir penjemput menatap jemu
Keningku yang penat
Ataukah rindu yang tak mampu membawamu datang
Oh..

Betapa selama ini telah lama kau lupakan
Aku bisa kehilangan kata kata 
Dan dadaku tak seluas laut untuk menyimpan kesedihan
Aku tersendiri lagi
Mencoba belajar menggugurkan pengap 
Oleh kehilangan
Engkau


Nov 2010

SAJAK INI


Sajak ini datang bukan dari kehampaan, sajak ini lahir ketika sebuah rindu sekarat, memilih jalannya sendiri menujumu. Sajak ini tidak secengeng air mata, kebeningan yang kau paksa pecah di bola mataku. Sajak ini adalah imajinasi yang lahir dari bayanganbayangan air sungai, matahari dan matamu.

Aku tersandung pada ranum pipimu yang tak sempat kutemui saat cahaya begitu redup. Apakah kau yang memilih bintang untuk memadamkan siang di hatiku? Ah kau! bagai ingatan yang samar bertahan di kepala, serupa lebam di kulit bekas gigitan, perih.

Oh lihatlah! Bahkan matahari membuat langit mengirim hujan dengan pola pola yang pedih di wajahku, dan aku sesunggukan di rerimbun perdu. Menangisi jejak waktu yang lalu membuatku tersesat, wajahmu tak lagi mengapung di jantungku!

bbp, 20/09/2010

KEMBALI


: Susy Ayu


Tiga pagi, sebuah kota dan beberapa candi sudah jadi saksi. Kita berjalan dari nol kilometer, menyimpan amarah di pagar Keraton, menonton sebuah panggung musik terbuka sedang dibangun, mencari kehangatan pada gerai rambut sewarna jagung anakanak wisatawan asing, menikmati musik dan tari yang gempita pada malam ke dua, mencintai sunset penuh seluruh di Parang Tritis, menitip jejak di benteng Vredeburg lalu menuntaskan rindu sepanjang Malioboro. Dan ya, cumbu cumbu di sosrowijayan kini tak lagi menjadi prioritas ritual ingatan sebelum tidur. Sudah. Cuma itu. Maka pergilah kenangan dan jangan lagi usik ingatanku. Aku ingin menjadi riang!

bbp, 19112010




*  kenangan biarlah tetap menjadi kenangan.

mari kita:

Menjahit setiap perbedaan, mengunting masalalu, merenda kekinian, membungkus kepahitan, menambal kegetiran, membordir kerinduan hingga menyatukannya menjadi lembaran-lembaran keindahan. (kwek li na)








 kuminta kau menyimpan kisah ini dlm pigura..seberapapun pedihnya kelak kita akan bisa tertawa ketika menyebutnya berulang ulang, sesering yg kita mau...tidak lagi jd sebuah kisah kepedihan namun akan kita kenang sebagai bunga-bunga perjalanan usia. (susy ayu)

HANYA SEMUSIM

hanya semusim di pelukmu 
yang tersisa kini tawa yang hilang di balik lagu lagu sentimentil, denting gelas kosong, derit roda ingatan yang mengabur di ujung kabut, 
kabin taxi yang dingin, sepanjang jalan penuh kenangan dan derasnya hujan 
kita menjadi sepasang rindu yang kian tenggelam dalam laju waktu. 
ngambang didera pengkhianatan dan keputusasaan
kesetiaan tak lebih kosong dari hampa yang kau pelihara
dan memaksaku menelannya seolah itu permen bebas gula yang mahalnya minta ampun
engkau, padamkan rinduku di baris baris puisimu


bbp, 12122010

KABAR HATIKU


hujan pupus, senja mengapung dan kereta angin itu tak datang sekedar membawa kabar dingin dari tubuhnya.
di sini matahari telah mengepak cahayanya menjadi setipis sisa hujan : telah kusimpan sebagai kabar hatiku yang membaik
dan kepadamu wahai! ngatanku seperti seekor serangga yang terbang mendengung dalam tabung kaca, 
mencoba mencari jalan untuk keluar namun tetap tidak untuk menyakitimu. 
tapi jangan memandangku seperti tawanan karena engkau 
telah menawanku dan dalam tabung kaca ini aku yang tidak pernah ingin berhenti mencintaimu



BBP, Agustus 2010

NOVEMBER

Ini november hari ketiga. Ada hujan yang tibatiba jatuh menimpa atap kaca di rumah mimpiku. Disana arusnya menggilas tanpa ampun dengan bulir bulir yang pecah tepat di jantung. Semua menjadi terasa kebas dan mati. Buta tuli kemudian mulai menggerayangi hatiku. Dan itu keinginan yang terus menerus menyalahkan kesepian.Tapi tak ada yang ingin dikalahkan. Tidak kau, tidak juga sunyi yang bgitu nyala di sini
Ini hari ke tiga di bulan november dan kau masih menjadi semacam ingatan yang terus mengapung, menyumbat segala lorong di kepala, seperti lemak darah yang menggumpal lalu pecah menelusupi otak. Aku jadi tak bisa berpikir jernih bahwa betapa dirimu sudah menjadi rutinitas keseharian untuk dikenang, menjadikan perjalanan rindu ini begitu pilu

Ini hari ketiga di bulan November sayang. Dan aku begitu tersesat dalam kesunyian yang kita bangun. Sungguh, bagai sebuah gurun yang tibatiba ditumbuhi mata air, aku kuyup dilanda rindu 



03112010

ARABELA

duduk di atas kuda poni, Arabela menunggu hingga senja menjadi kabut
surai surai coklat berkibas mengurai musim semi 
sudah tujuh kemuning dan wangi rhododendrom menyerbu
namun di persimpangan tak kunjung derap itu terdengar
Berjanji membawa selusin mawar putih 

Portico mulai temaram, Colonnaes masih menyimpan sepi dan dingin. Kabut kembali datang dengan sejumlah rindu
Sudah tujuh senja, tujuh kemuning dan banyak wangi rhododendrom
Tak ada kabar
Gemerisik angin menyisiri kecemasannya

Arabela, aku membaca kesedihanmu. Prunella biru mu mulai lembab oleh kesenyapan daun daun. kemarilah, biar ku temani menyusun sepi dan berapa senja yang akan kau lewati. sungguhpun demikian, inilah waktu yang kita sebut dengan kesedihan. keping kepingnya bagai tawa yang dipecahkan musim
Tapi ini bukan nasib buruk, kataku..



Bbp, 15122010 

* Portico: teras menuju pintu masuk sebuah bangunan
* Colonnaes: deretan pilar pada sebuah bangunan
* Prunella, sepatu dari woll