PADA SEBUAH KOTA
datanglah wahai
beri aku puisi
malam ini kangenku jadi kabut
berkumpul di luar jendela hotel
pada sebuah kota,
Makassar, Juni 2010
SAYANGKU!
sayangku, sayangku!
hati menjelma burung pagi tadi
sayapnya luruh satu satu
saat menemu kau diam di atas gelombang
KEKASIH, KEKASIH
kekasih, kekasih!
untuk apa kau bawa rindu lagi?
pada wajahmu yang kelabu aku lalu menjadi sepasang pengantin tua yang kesepian, tinggal menunggu waktu
terkubur pada cinta yang layu
POHON DAN KEMBANG SEPATU
aku berjalan di antara rindu dan sepi yang gigil,
menjadikan bayang wajahnya adalah waktu yang tak sempurna untuk kusinggahi
maka sekali lagi kubiarkan pohon dan kembang sepatu tumbuh di dadaku..
Bintaro, 2010
Monday, April 30, 2012
PEREMPUAN INI
siang malam menunggu kekasihnya
mencoba menjadi angin, menjadi matahari
mengembara di tiap lekuk tubuh yang bukan laki- lakinya
mencari aroma yang dulu memabukkan
perempuan ini,
sangsai dilamun rindu
setia menyimpan api di liang tubuhnya
mimpi membakar hasrat cinta hingga debu
seperti saat gelap memasukinya, menelan segala kutukan menjadi abadi,
doa- doa yang tak butuh diucapkan
perempuan ini,
bermimpi menjadi rinai di tubuh laki- lakinya,
yang pernah berkali- kali menjadikannya gurun sepi
perempuan ini,
bermimpi menjadi samudra, perahu layar bagi lelakinya
bermimpi menjadi desir ombak, gelombang pasang berbulan- bulan
meniadakan daratan baginya
sebab tak perlu ada yang membawakannya lentera
jalan pulang adalah tubuhnya,
rumah bagi kelaminnya yang sepi..
Jakarta, 14102011
JARAK & RINDU
Jarak hanya rindu yang tak tiba tepat hati
Matahari, pagi dan sepi masih terasa seperti puisi yang sedih dan kehilangan arah tuju
Kepedihan berderap memasuki senja
Menetap di dadamu bagai dingin di musim hujan
Betapa deras rinainya di luar kian cemaskan sepiku..
Juni, 2011
Matahari, pagi dan sepi masih terasa seperti puisi yang sedih dan kehilangan arah tuju
Kepedihan berderap memasuki senja
Menetap di dadamu bagai dingin di musim hujan
Betapa deras rinainya di luar kian cemaskan sepiku..
Juni, 2011
SUDDENLY
suddenly, suddenly I 'm thingking about you in this hospital
do you still here?
I'm sorry couldn't keep my promise
Instead don't want to
But let it be, as before we drown in the life of each
You are happy and I sorrow it self
Need a lot of longing to meet,
Despite the distance separating it
But I'm hoping we still together in any condition
Like my longing always go on to your's
bbp, 26122010
LETTER FOR MARC ANTHONY
Coz 'you sang to me'
Dari sini diam- diam aku memandang wajahmu. Malam terasa lebih kelam dari biasa. Suara angin mati dan yang berdesir hanya ingatan di kepala. Sepi berjejalan dengan rindu, memaksa untuk percaya, betapa ketika suaramu menjadi semacam melodi, aku tak pernah seriang itu. It was.
Terasa kian getas sendiri ini ketika gesekan daun di batang pohon hanya terdengar dari hati. Dan setiap lagu- lagu yang terdengar itu benar, pelan- pelan sepi membuka kesedihan, sedalam matamu, sebanyak kenangan yang terucap. Namun tak cukup membuatmu tinggal lebih lama. How come you not thinking of me.
Aku mencintaimu lebih dalam dari ukuran hati itu sendiri. Dan pernahkah kau mengukur kedalaman hatimu ketika kehilangan tiba- tiba memaksa masuk di sana.
me, your poem
July, 2011
HOPE
every morning i want you to hold my hand
we woke up with a full happy
two cups of coffee are also some what chocolate bread
we listened to the television news today
but it is not possible, right?
because we've got to own life
did i already say if you had a wistful eye
when restless so disturbed
i feel safe there and
still keep some of your kiss
when we are very close, when we're into
every morning i want you to be my light
such as outside the soothing dew grass and
you still love me
never end..
bbp, 13122010
MISSING YOU
Ketika aku rindu kau, aku menulis puisi di kamar, sendiri. kuputar televisi lalu kumatikan lagi ketika di situ hanya ada sinetron dan berita. Aku muak dengan sandiwara- sandiwara begitu. Politik dan berita kriminal juga membuatku tak nyaman.
Ketika aku rindu kau, kubuka mp 3 di ponsel lalu kucari lagu yang paling menggambarkan suasana hati. Mirai e dari Jepang atau You Are The One nya Chris Cuevas? Ah, tak masalah tentang itu. Aku suka keduanya. Perasaan sedih dan menunggu kian kental menggaruk garuk hati. Tapi apa yang kutunggu? Tak ada. Tak sesiapapun.
Ketika aku rindu kau, dua jam tiga jam dan seterusnya hanya ada kau. Aku lalu berjalan keluar memandang bulan, bintang dan cahaya- cahaya yang menyala dari rumah- rumah tetangga. Sayup- sayup suara takbir menggema di sekelilingku. Udara semakin dingin, angin lewat di helai- helai daun, rumput dan kecamuk rindu kian matang.
Ketika aku rindu kau, ah, alangkah sepinya kita. Aku merasa seperti di tengah danau, perahuku diam dengan bayangannya. Kiroro Mirai e lalu kusetting repeat dengan bahagia. Ternyata aku lebih menyukai lagu itu. Tidak ingin kupahami makna kata- katanya, aku hanya merasa kau begitu dekat ketika menikmatinya.
Dan kau, ini puisiku. Aku cuma rindu. Dan ini puisi rindu untukmu. Begitu sederhana, begitu sederhananya.
Tapi mengapa kau pergi..
des, 2010
Ketika aku rindu kau, kubuka mp 3 di ponsel lalu kucari lagu yang paling menggambarkan suasana hati. Mirai e dari Jepang atau You Are The One nya Chris Cuevas? Ah, tak masalah tentang itu. Aku suka keduanya. Perasaan sedih dan menunggu kian kental menggaruk garuk hati. Tapi apa yang kutunggu? Tak ada. Tak sesiapapun.
Ketika aku rindu kau, dua jam tiga jam dan seterusnya hanya ada kau. Aku lalu berjalan keluar memandang bulan, bintang dan cahaya- cahaya yang menyala dari rumah- rumah tetangga. Sayup- sayup suara takbir menggema di sekelilingku. Udara semakin dingin, angin lewat di helai- helai daun, rumput dan kecamuk rindu kian matang.
Ketika aku rindu kau, ah, alangkah sepinya kita. Aku merasa seperti di tengah danau, perahuku diam dengan bayangannya. Kiroro Mirai e lalu kusetting repeat dengan bahagia. Ternyata aku lebih menyukai lagu itu. Tidak ingin kupahami makna kata- katanya, aku hanya merasa kau begitu dekat ketika menikmatinya.
Dan kau, ini puisiku. Aku cuma rindu. Dan ini puisi rindu untukmu. Begitu sederhana, begitu sederhananya.
Tapi mengapa kau pergi..
des, 2010
AKU MENULIS PUISI DIIRINGI LAGU UNGU TERBARU
Hujan menderas di jl. KH Ahmad Dahlan. Mobil datang dari segala arah dengan tujuan entah. Senja jatuh di lanskap gedung gedung dan jajaran palem, menggayut sepi pada hijaunya yang daun.
Aku mengingat sepi ini, seperti sepi sepi yang pernah kau kirim lewat puisi. Begitu banyak kalimat tentang kekosongan yang menuduhku menyimpan hujan. Tapi bukankah hujan adalah sepi yang dikirim Tuhan untuk kita?
Aku menemukan kemacetan di mana mana saat hujan turun. Dengan begitu aku jadi punya waktu lebih untuk mengingatmu di antara titik titik hujan ini. Tahukah kau jika tatapanmu terkadang membuat hatiku tiba tiba mendung? Itu dulu. Tapi itu dulu. Dan di senja ini kutemukan kembali bayangmu di antara hujan, jalan KH Ahmad Dahlan dan kemacetan kota.
Meski kita pernah membangun sejarah berulang ulang di sebuah rumah hijau, engkau tetaplah sahabat terbaik. Atau mantan terindah? Ah, itu hanya judul sebuah lagu. Hehe Aku masih di Jakarta menuju jalan ke arah pulang. Kau dimana?
Antara adzan dan iqomat pintalah doa, katamu. Dan disinilah aku, dari sebuah cahaya kuning yang mengkedip kedip, menghujamkan doa doa untuk segala kehampaan. Aku juga mendoakanmu, semoga tak dihujani sepi yang mengiris.
Tapi begini saja kita, biar kau slalu menjadi ingatan paling santun yang pernah kukenal, paling romantis mendebarkan jantungku beberapa malam, maka kusejajarkan sepi dengan kepahitan agar selalu ingat pernah bahagia bersamamu.
OTW , 18112010
INI BUKAN PUISI
Ini bukan puisi. Hanya sekumpulan kata kata yang selalu mendesak keluar untuk dituliskan saat pagi belumlah datang. Ini bukan puisi, hanya isi hati yang perlu diterjemahkan ke dalam bahasa yang baik. Ini sungguh bukan puisi karena menuliskannya pun dengan kesedihan paling tajam, air mata yang tak bisa dibandingkan dengan aliran sungai pasanggrahan ketika hujan turun deras sekali. Tidak begitu deras hanya saja setiap tetesnya mampu membuat sebuah lubang begitu luas menganga.
Ini bukan puisi. Sungguh! Hanya sebuah luka yang tak pernah terbaca, hanya sebuah duka ketika sedari subuh hingga pagi kembali lagi rindu berulang menjadi sebongkah batu, menggelinding jauh entah kemana. Bagai bola salju, yang mata hidung dan bibirnya ada karena kau begitu tak peduli membaca hati. Bisakah cinta membuat buta lalu mati seperti kesepian yang tajam membelah jantung?
Ah, duka masih terlalu pagi untuk mengganggu rutinitas harian. Bukan begitu, sayangku..
28/10/2010
GAMBIR DALAM KENANGAN
Kereta~ kereta datang dan pergi
Gemuruhnya mengalahkan sepi
Di peron satu aku menunggu engkau
Di bangku besi yang dingin
Suara roda kereta teredam debarku sendiri
Menulis puisi tak dapat mengusir penat yang tumbuh perlahan
Merayap dari bangku dan dada orang orang yang betah menunggu
Aku terkesiap ketika subuh datang menjelang
Lampu lampu dipadamkan
Cahaya di hatiku ikutan padam
Ternyata tak satu kereta datang mengantarmu kepadaku
Segelintir penjemput menatap jemu
Keningku yang penat
Ataukah rindu yang tak mampu membawamu datang
Oh..
Betapa selama ini telah lama kau lupakan
Aku bisa kehilangan kata kata
Dan dadaku tak seluas laut untuk menyimpan kesedihan
Aku tersendiri lagi
Mencoba belajar menggugurkan pengap
Oleh kehilangan
Engkau
Nov 2010
SAJAK INI
Sajak ini datang bukan dari kehampaan, sajak ini lahir ketika sebuah rindu sekarat, memilih jalannya sendiri menujumu. Sajak ini tidak secengeng air mata, kebeningan yang kau paksa pecah di bola mataku. Sajak ini adalah imajinasi yang lahir dari bayanganbayangan air sungai, matahari dan matamu.
Aku tersandung pada ranum pipimu yang tak sempat kutemui saat cahaya begitu redup. Apakah kau yang memilih bintang untuk memadamkan siang di hatiku? Ah kau! bagai ingatan yang samar bertahan di kepala, serupa lebam di kulit bekas gigitan, perih.
Oh lihatlah! Bahkan matahari membuat langit mengirim hujan dengan pola pola yang pedih di wajahku, dan aku sesunggukan di rerimbun perdu. Menangisi jejak waktu yang lalu membuatku tersesat, wajahmu tak lagi mengapung di jantungku!
bbp, 20/09/2010
KEMBALI
: Susy Ayu
Tiga pagi, sebuah kota dan beberapa candi sudah jadi saksi. Kita berjalan dari nol kilometer, menyimpan amarah di pagar Keraton, menonton sebuah panggung musik terbuka sedang dibangun, mencari kehangatan pada gerai rambut sewarna jagung anakanak wisatawan asing, menikmati musik dan tari yang gempita pada malam ke dua, mencintai sunset penuh seluruh di Parang Tritis, menitip jejak di benteng Vredeburg lalu menuntaskan rindu sepanjang Malioboro. Dan ya, cumbu cumbu di sosrowijayan kini tak lagi menjadi prioritas ritual ingatan sebelum tidur. Sudah. Cuma itu. Maka pergilah kenangan dan jangan lagi usik ingatanku. Aku ingin menjadi riang!
bbp, 19112010
* kenangan biarlah tetap menjadi kenangan.
mari kita:
Menjahit setiap perbedaan, mengunting masalalu, merenda kekinian, membungkus kepahitan, menambal kegetiran, membordir kerinduan hingga menyatukannya menjadi lembaran-lembaran keindahan. (kwek li na)
* kuminta kau menyimpan kisah ini dlm pigura..seberapapun pedihnya kelak kita akan bisa tertawa ketika menyebutnya berulang ulang, sesering yg kita mau...tidak lagi jd sebuah kisah kepedihan namun akan kita kenang sebagai bunga-bunga perjalanan usia. (susy ayu)
HANYA SEMUSIM
hanya semusim di pelukmu
yang tersisa kini tawa yang hilang di balik lagu lagu sentimentil, denting gelas kosong, derit roda ingatan yang mengabur di ujung kabut,
kabin taxi yang dingin, sepanjang jalan penuh kenangan dan derasnya hujan
kita menjadi sepasang rindu yang kian tenggelam dalam laju waktu.
ngambang didera pengkhianatan dan keputusasaan
kesetiaan tak lebih kosong dari hampa yang kau pelihara
dan memaksaku menelannya seolah itu permen bebas gula yang mahalnya minta ampun
engkau, padamkan rinduku di baris baris puisimu
bbp, 12122010
yang tersisa kini tawa yang hilang di balik lagu lagu sentimentil, denting gelas kosong, derit roda ingatan yang mengabur di ujung kabut,
kabin taxi yang dingin, sepanjang jalan penuh kenangan dan derasnya hujan
kita menjadi sepasang rindu yang kian tenggelam dalam laju waktu.
ngambang didera pengkhianatan dan keputusasaan
kesetiaan tak lebih kosong dari hampa yang kau pelihara
dan memaksaku menelannya seolah itu permen bebas gula yang mahalnya minta ampun
engkau, padamkan rinduku di baris baris puisimu
bbp, 12122010
KABAR HATIKU
hujan pupus, senja mengapung dan kereta angin itu tak datang sekedar membawa kabar dingin dari tubuhnya.
di sini matahari telah mengepak cahayanya menjadi setipis sisa hujan : telah kusimpan sebagai kabar hatiku yang membaik
dan kepadamu wahai! ngatanku seperti seekor serangga yang terbang mendengung dalam tabung kaca,
mencoba mencari jalan untuk keluar namun tetap tidak untuk menyakitimu.
tapi jangan memandangku seperti tawanan karena engkau
telah menawanku dan dalam tabung kaca ini aku yang tidak pernah ingin berhenti mencintaimu
BBP, Agustus 2010
NOVEMBER
Ini november hari ketiga. Ada hujan yang tibatiba jatuh menimpa atap kaca di rumah mimpiku. Disana arusnya menggilas tanpa ampun dengan bulir bulir yang pecah tepat di jantung. Semua menjadi terasa kebas dan mati. Buta tuli kemudian mulai menggerayangi hatiku. Dan itu keinginan yang terus menerus menyalahkan kesepian.Tapi tak ada yang ingin dikalahkan. Tidak kau, tidak juga sunyi yang bgitu nyala di sini
Ini hari ke tiga di bulan november dan kau masih menjadi semacam ingatan yang terus mengapung, menyumbat segala lorong di kepala, seperti lemak darah yang menggumpal lalu pecah menelusupi otak. Aku jadi tak bisa berpikir jernih bahwa betapa dirimu sudah menjadi rutinitas keseharian untuk dikenang, menjadikan perjalanan rindu ini begitu pilu
Ini hari ketiga di bulan November sayang. Dan aku begitu tersesat dalam kesunyian yang kita bangun. Sungguh, bagai sebuah gurun yang tibatiba ditumbuhi mata air, aku kuyup dilanda rindu
03112010
Ini hari ke tiga di bulan november dan kau masih menjadi semacam ingatan yang terus mengapung, menyumbat segala lorong di kepala, seperti lemak darah yang menggumpal lalu pecah menelusupi otak. Aku jadi tak bisa berpikir jernih bahwa betapa dirimu sudah menjadi rutinitas keseharian untuk dikenang, menjadikan perjalanan rindu ini begitu pilu
Ini hari ketiga di bulan November sayang. Dan aku begitu tersesat dalam kesunyian yang kita bangun. Sungguh, bagai sebuah gurun yang tibatiba ditumbuhi mata air, aku kuyup dilanda rindu
03112010
ARABELA
duduk di atas kuda poni, Arabela menunggu hingga senja menjadi kabut
surai surai coklat berkibas mengurai musim semi
sudah tujuh kemuning dan wangi rhododendrom menyerbu
namun di persimpangan tak kunjung derap itu terdengar
Berjanji membawa selusin mawar putih
Portico mulai temaram, Colonnaes masih menyimpan sepi dan dingin. Kabut kembali datang dengan sejumlah rindu
Sudah tujuh senja, tujuh kemuning dan banyak wangi rhododendrom
Tak ada kabar
Gemerisik angin menyisiri kecemasannya
Arabela, aku membaca kesedihanmu. Prunella biru mu mulai lembab oleh kesenyapan daun daun. kemarilah, biar ku temani menyusun sepi dan berapa senja yang akan kau lewati. sungguhpun demikian, inilah waktu yang kita sebut dengan kesedihan. keping kepingnya bagai tawa yang dipecahkan musim
Tapi ini bukan nasib buruk, kataku..
Bbp, 15122010
* Portico: teras menuju pintu masuk sebuah bangunan
* Colonnaes: deretan pilar pada sebuah bangunan
* Prunella, sepatu dari woll
surai surai coklat berkibas mengurai musim semi
sudah tujuh kemuning dan wangi rhododendrom menyerbu
namun di persimpangan tak kunjung derap itu terdengar
Berjanji membawa selusin mawar putih
Portico mulai temaram, Colonnaes masih menyimpan sepi dan dingin. Kabut kembali datang dengan sejumlah rindu
Sudah tujuh senja, tujuh kemuning dan banyak wangi rhododendrom
Tak ada kabar
Gemerisik angin menyisiri kecemasannya
Arabela, aku membaca kesedihanmu. Prunella biru mu mulai lembab oleh kesenyapan daun daun. kemarilah, biar ku temani menyusun sepi dan berapa senja yang akan kau lewati. sungguhpun demikian, inilah waktu yang kita sebut dengan kesedihan. keping kepingnya bagai tawa yang dipecahkan musim
Tapi ini bukan nasib buruk, kataku..
Bbp, 15122010
* Portico: teras menuju pintu masuk sebuah bangunan
* Colonnaes: deretan pilar pada sebuah bangunan
* Prunella, sepatu dari woll
BERSAMAMU
Rona- rona langit, pekik camar dan aroma laut
Arak- arakan awan bergerak menuju jauh
Ini senja yang kesekian bersamamu
Dalam langkah kita setia menepikan rindu
Bercerita tentang karang dan ombak yang mendebur serupa hatiku
Buihnya lekat di pasir dan batu- batu
Perahu- perahu di kejauhan, nelayan menjala ikan
Kita berjejalan mencari kehangatan dalam puisi
Anak- anak bermain bola
Penjaja makanan sibuk melayani pelanggan
Gemuruh menyepi, gelombang terus berkejaran
Ada kenangan yang ingin dirayakan
Langit merona senja, burung- burung kembali ke sarang
Kita masih bertanya- tanya tentang sunset
Sibuk mencatat keindahan dan resah yang selalu datang
Sedang aku masih terjaga pada satu titik, matamu yang puisi
Dan indahnya Pangandaran setiap waktu
Tapi orang- orang bergegas kembali
Pulang
Kita?
Aku ingin jadi ombak, melaut padamu
2011
Arak- arakan awan bergerak menuju jauh
Ini senja yang kesekian bersamamu
Dalam langkah kita setia menepikan rindu
Bercerita tentang karang dan ombak yang mendebur serupa hatiku
Buihnya lekat di pasir dan batu- batu
Perahu- perahu di kejauhan, nelayan menjala ikan
Kita berjejalan mencari kehangatan dalam puisi
Anak- anak bermain bola
Penjaja makanan sibuk melayani pelanggan
Gemuruh menyepi, gelombang terus berkejaran
Ada kenangan yang ingin dirayakan
Langit merona senja, burung- burung kembali ke sarang
Kita masih bertanya- tanya tentang sunset
Sibuk mencatat keindahan dan resah yang selalu datang
Sedang aku masih terjaga pada satu titik, matamu yang puisi
Dan indahnya Pangandaran setiap waktu
Tapi orang- orang bergegas kembali
Pulang
Kita?
Aku ingin jadi ombak, melaut padamu
2011
Saturday, April 28, 2012
PULANG
Dan ketika melewati gerbang itu, selalu ada kekosongan yang tiba tiba nyangkut di jantung, kekosongan yang sama ketika air meluap menghanyutkan segala jauh ke hilir. tak ada yang tersisa tak satu jejak tertinggal kecuali sunyi yang menjadi bayang bayang
Setiap melewati daun jendela itu, aku merasa anginlah yang mendetakkan haruku menjadi sebuah bait yang berulang ulang mengingatkan tentang pulang, pulang ke dalam kehampaan yang setelah liangnya ditinggalkan akan kembali menggali liang baru, kekosongan lalu menganga lebih dalam
Dan ya! Ketika pulang, kita terpisah hingga yang tersisa hanya rindu yang kembali datang. datang dan terus datang membuat kecemasan memasuki palung terdalam
29/09/2010
UNTUK SEBUAH NAMA
Berusahalah agar kenangan kita tidak ditumbuhi jamur dan rayap. Karena waktu tak pernah siap menjadikanku koki yang piawai memasak duka menjadi santapan lezat. Nanti hanya ada rindu yang getir dan masam. Lalu bibir bibir kita tak akan mampu lagi saling memagut.
Berusahalah jangan sampai jendela dan pintu terbuka pada akhirnya tertutup karena di luar hujan selalu menderas, mengusik matahari. Sedangkan lembab bagi jiwaku adalah musim yang tak pernah mati menepis hari menjadi kenangan. Lalu jari jari nakal yang mengukir keengganan untuk berpisah itu hanya akan membuat kita mendegut ludah berulang- ulang. Kepengen? Tentu saja, sayang!
Kau lihat, aku terlalu tegang saat orang- orang berteriak, bahwa akan selalu tumbuh sajak sajak liar dari tubuhmu yang siap menghujam seluruhku. Dan kau tahu, itulah yang kumau. Sebab bertubi- tubi rasa sakit hanyalah ketika membayang- bayangi sesuatu di balik celanamu ada yang tumbuh dan mengeras seperti batu, namun karena khilaf yang malu, aku berada di seberang ranjang yang bukan punya kita. Sungguh, mempertahankan rasa ingin menggumuli sajak di matamu yang luar biasa itu adalah sebuah kedunguan tak terampuni.
Kekasih, aku selalu takut kau tiba- tiba pergi. Aku bahkan ingin membuat sebuah pengakuan, ayolah, biar aku saja yang mati duluan! Bahkan dadapun tak punya anti cemburu lagi. Apakah dengan ini kau akan baik baik saja atau kita hanya akan menjadi penonton Vampir yang murung?
BBP, 03/07/2010
SUATU HARI
Di luar sore muram sekali. Hujan tak berhenti turun. Sebuah bed dan nakas diam ketika kita berpelukan. Panjang dan lama. Tak ada suara, satu-satu daun gugur. Hanya pendingin ruang yang setia mendengungkan sepi. Tungkai- tungkai saling mengikat. Selembar handuk termangu di lengan kursi. Reda setelah embun yang menempel di bibirmu pelan- pelan cair di mulutku.
Kita simpan rindu di bantal- bantal. Dari wastafel kamar mandi, bergulungan tisue jatuh di kaki tempat tidur.
Bergelungan kita menanti malam datang. Menghabiskan mimpi lalu pulang. Pulang ke rumah.
21122011
Kita simpan rindu di bantal- bantal. Dari wastafel kamar mandi, bergulungan tisue jatuh di kaki tempat tidur.
Bergelungan kita menanti malam datang. Menghabiskan mimpi lalu pulang. Pulang ke rumah.
21122011
MELUPAKANMU
Kita adalah perjalanan nasib setelah bertahun tahun berbagi kesedihan dan keinginan yang tak kunjung terwujud. Akhirnya aku di sini masih bersama sepi sementara di sana kau selalu dalam kesendirian, membabi buta mencoba melupakanku. Jarak kita tergenang rindu, keputus asaan dan air mata, meski diam diam kau simpan itu di balik keriuhan, kepadatan waktu dan harapan
Akhirnya, kita hanya bisa menelan kegetiran dari musim ini kemusim berikutnya tanpa mata dan keinginan seperti bertahun tahun lalu ketika hujan dan kemarau kita simpulkan dalam sebuah ciuman panjang dan ketelanjangan yang mendekatkan kita pada sebuah keterasingan pemikiran, duniaku bukan duniamu
DI CHINA TOWN
aroma rempah dari tubuhnya jatuh di wajahku
polkadotku nyangkut di langkahmu
di China Town kita berjalan sumringah
ada wajah wajah asia,
teh Inggris, gingseng di dalam toples,
sutra merah jambu melambai dari gerai di sepanjang jalan,
kuaran asap bebek Peking di kedai A Hiong dan
sekelumit hasrat yang ingin dipadamkan jatuh pada matanya
kali ini pria India itu salah memanggil namaku
how come
S'pore, 26/10/2009
polkadotku nyangkut di langkahmu
di China Town kita berjalan sumringah
ada wajah wajah asia,
teh Inggris, gingseng di dalam toples,
sutra merah jambu melambai dari gerai di sepanjang jalan,
kuaran asap bebek Peking di kedai A Hiong dan
sekelumit hasrat yang ingin dipadamkan jatuh pada matanya
kali ini pria India itu salah memanggil namaku
how come
S'pore, 26/10/2009
Subscribe to:
Posts (Atom)