Sunday, September 16, 2012

PUISI I


dan aku bergerak seperti perahu, menuju ke lepas laut yang lebih biru dari perasaan yang pernah ada
cahaya dan angin berlomba mengayun, geladakku tumpah riuh dipenuhi kesunyian

dan aku bergerak kemana layar membawa, menuju ke lepas laut hingga kaki- kaki langit terasa seperti engkau yang sedang ingin kucium
kemana ombak, di mana karang, aku bahkan berlayar seperti harapan di dadamu :
"perjumpaan sebatas ingin, namun mengingatmu lebih penting"

dan laut membawaku kian jauh, perahu kecil yang setia mengayun ke tepi tiada
di sini, malam terlalu gelap. bahkan kompas sesekali menghilang
kenangan lumpuh ditelan kabut dan matahari :
aku lupa jalan pulang ke dadamu

adakah yang lebih sia- sia dari ini dan membungkam ingatanku seperti mati


September 2012

TIGA PUISI UNTUKMU


a)


karena namamu, serumpun batang sunyi rela disembunyikan seorang perempuan di tubuhnya
dan dadanya yang tak pernah penuh selalu punya lubang untuk menanam dirimu

karena namamu, rindu tabah menggali keabadian di lekuk hatinya
maka jangan mengikuti kepergian ketuju yang lain
di dadanya, engkaulah tungku api,
panas yang menghangatkan dingin sepi itu



b)


pada tubuhmu yang langsing rindunya bergelambir
tak mau pergi, tak mau musnah
meski dia serupa pulau sepi diterjang cahaya api
menghanguskan cabang- cabang kenangan yang dia simpan berlama- lama

dan jangan pergi, kau ulang- ulang itu di telinganya
maka jangan pergi, dia ulang- ulang itu di telingamu

padang kuning emas dirimbunkan rusa betina
dan rusa jantan berlari kesana kemari
tak ada yang saling meninggalkan




c)


kau dan kopimu
aku dan sepiku
kita bertemu di tubir senja
dengan gumpalan rindu tersisa seperti ampas di dasar cangkir
tandas dilibas dahaga yang meraung- raung
mencandu dipilin sepi itu sendiri



September 2012