Saturday, August 31, 2013

PENGHABISAN




seumpama canting, bagian tubuh mana yang ingin kugambari tanda kepergianku
perut putihmu yang dipenuhi waktu bertahun- tahun melahirkan kesombongan,
dadamu
yang diisi matahari
setia membakar kata- kata yang belum sempat diucapkan atau
punggungmu yang lentur tempat cinta datang
dan pergi membawa panah api lalu jatuh merupa sungai.
di betismu orang- orang hanyut hingga muara dan lupa jalan pulang

katakan sebelum cantingku kembali lumpuh dan lesap dalam matamu
sebab kita di sini tak lebih dari bayang- bayang masa lalu
berkali- kali memanggul kesepian dari tubuh masing- masing
sedangkan bebas untuk membuka tubuh yang lain
kita perlu ditera kata 'free'
maka pada bagian mana tubuhmu yang akan kutandai dengan kepergianku


2013

DALAM PUISI




di dua alinea pertama ini kita
menjadi kebuntuan dalam sebuah puisi
kata- kata berhenti mengalir seperti batu sumbing didera hujan dan waktu
sementara arus tak mampu membuat kita
hanyut didekam rindu pada muara itu sendiri

di dua alinea pertama itu kita terpaksa diam- diam
menghitung kubik perih yang mengalir
menunggu satu cedukan untuk meloloskan kepedihan yang bergerombol
bagai kawanan semut di pokok jambu air

sekelumit rindu dalam sebuah puisi akhirnya membungkam kita bagai mati
tak pernah selesai apalagi tiba di tualang kata itu sendiri



2013

KESEPIAN




aku bergerak di atas perahu
yang diam- diam berubah menjadi anu-mu
sampai hari senja, aku tak tahu sejauh mana perahu membawaku
yang kutahu setelahnya kau membelah diri jadi benih
di jantungku kau berenang- renang kesepian

lihatlah, katamu
bahkan kesepian berbungah di tubuhmu

ya, kataku
mereka dimekarkan perahu
yang diam- diam berubah menjadi anu- mu





2013