Friday, July 29, 2011

MENGHAPUS KAU





: Tata Kay



Menghapus airmata yang sibuk diam- diam memikirkanmu ini,
Sebuah lagu tentang cinta tak pernah habis di dengar
Melampaui inginku, menggegaskan segala tentangmu
Tak lagi menjadi bagian penting dari sisi hati, 
Pun ingatan yang kadang hilang kendali ketika sampai pada satu nama
Namamu

Selalu ingin kukenalkan kepadamu bagaimana caranya menghilang dari ingatan
Meski berkali- kali rindu menjejali akal dengan bayangmu
Dan sepi membawa satu- satu nyali ke dalam matamu 
Dengan sebuah nama lain, juga peristiwa tak terduga
Namun barangkali kau tak bisa mengenali rasa sakit ini
Hingga sempurnalah perih itu

Barangkali sebuah malam sudah menuntaskan rindumu
Hingga begitu cepat tibanya kita pada satu kenangan,
Kepedihan yang bermuara di kotaku 
Dan seperti ingatan yang tak pernah disumbat kenangan
Tetap saja nganga luka di sana
Dengan sebuah sungai yang berulang- ulang tumbuh di hulu mata

Seringnya hujan turun, membuatku dengan segenap keluh, 
Juga kangen yang kerap menggemeretakkan sepi
Mengulang kembali melankolia itu 
Namun seperti musim yang tiba- tiba datang dari segala penjuru 
Harus ada kerelaan, kematangan untuk melupakan
Sebab cinta bukan sekedar Kau ada di sini kemarin
Namun lebih dari itu, aku tak bisa menahanmu
Seperti daun- daun jatuh, seperti orang- orang di keramaian, bergegas meninggalkan panggung setelah pertunjukan
Harus ada kepulangan meski sesudahnya tak ada yang bisa kita ceritakan



20072011

MENULIS PUISI INDAH UNTUKMU



hujan yang menderas setiap hari 
membuat sunyi juga dingin datang dan pergi
di luar angin seperti bermain tali
berputar, mendesir menerbangkan segala
seperti rindu yang mendatangkan rasa melankolis dan tak ingin kutepiskan,
seperti kebosanan dan gerutu orang- orang 
menunggu malam yang pelan- pelan menggantikan cahaya senja
sembari menghitung sudah berapa lagu romantis kulewatkan
dengan lirik- lirik cengeng yang menyuarakan betapa terasing dan kesepiannya aku ketika mengingatmu
semua terasa tak pernah benar- benar berlalu
kepahitan dan waktu yang tak mampu membuatku terjaga 
kenangan ini sungguh mengurung,
menyadarkan bahwa hanya cinta ini yang nyata
dan disinilah aku, 
diperam sunyi, ditikam nostalgia
mencoba menulis puisi terindah untukmu..





29042011

TITIK LABUH


: Yenni Fransisca

Ada yang tak sampai pada titik labuhku
Wajahmu yang kembara 
Juga sampan di tengah samudra
Menyimpan air laut dan batu- batu karang
Di luar pantai, benci mendekam 
Pasir, pokok bakau dan camar membawa berita :
Ada yang tak mungkin dilupakan namun enggan tinggal
Kau! 

Di hatiku dan gulungan ombak perih mencercah
Sementara cinta selalu dibawa malam 
Bersembunyi dari pagi hingga senja
Mengendap di palung samudra,
Kerinduan menjadi semakin dalam..





02052011

WITHOUT YOU


2 hours ago
Nona G Muchtar





  • Orang- orang membicarakan kesepian yang datang seperti kabut
    Orang- orang menceritakan betapa kesunyian bagai album tua
    Teronggok bisu dan kau tiba- tiba ingin membukanya
    Mencari- cari kenangan yang pernah kita tinggalkan
    Sesudah menjadi warna sepia yang dilewatkan musim
    Buram oleh kehilangan

    Orang orang bilang cintaku seluas laut banda,
    Dikepung seluruh hasrat rasa sayang
    Namun kau bilang seteguh gunung nokilalaki
    Pernahkah kau ingat betapa pendakian bisa menjadi begitu terjal tanpamu
    Sayangnya kau tak pernah tepat untuk berada di sini

    How many dreams to past it
    How familiar the pain is

    Orang- orang bilang aku dilanda cinta
    Tiap saat mengerang di dada lautmu,
    Di matamu yang kecoklatan itu duka tumbuh bagai air pasang
    Seringkali membuat tersesat dengan gelombang
    Naik turun rinduku bertahan

    Seringkali orang- orang tak tahu apa yang mereka bicarakan
    Karena mendaki di ketinggian lukamu,
    Di dadamu yang tipis dan menyimpan segala duka cita itu,
    Aku terkapar dengan derita yang dijejali rindu berulang- ulang
    Menggenggam kegetiran seperti ketika meremasmu
    Dalam kenikmatan yang kita buat pada sebuah kenangan
    Melebur rasa sakit dan bahagia atas nama cinta

    Alangkah bodohnya orang- orang itu membacaku ketika tak ada kau


    04052011

KAU DAN OMBAK PARANGTRITIS


: Dian Satyandari



memandang gemuruh ombak
gelombang melepas, riaknya berkejaran
menepi jadi buih, pada batu, pada pasir, pada jiwaku
menyatu di kedalaman
seolah itu adalah kau 
palung- palung tak kasat mata
karang- karang merdeka di kejauhan
seperti senyummu mengajakku
sepertinya tak dapat kulupakan itu

wangi senja dan warna matamu
ombak dan pasir riang menyapu sepi
bagaimana melukiskan saat ada kau di sana
namun hatimu terbang seperti camar
segenap cinta luruh bersama sunset
hatiku cabar, memilih tak keruan dilewati sepi
malam menjadi lebih sunyi dari kunang- kunang
gelap dan keterasingan tak lagi mampu menuntun hingga gemetarku di bawahmu semata- mata karena kita tak lagi terbangun oleh kesanggupan untuk saling mencintai
dan kita tidak banyak membangun kenangan untuk diingat- ingat
maka kepedihan bagai sampan di tengah laut
terombang ambing rindu dan dukacita
kepergian pun lupa jalan pulang

kau dan ombak parangtritis,
pantai dan juga senyum manis itu
bukan kenangan yang lupa ku closed kan
namun luka yang terus hidup
tumbuh bagai mata air

kau dan juga semua kenangan,
di sini kelegaan bernama mimpi
ingatan menguap tapi kau tidak
sepertinya aku memang tak dapat melupakanmu

ya, engkaulah kehilangan yang tak pernah kucari namun kerap mengganggu mimpi dan jagaku 







06052011

JARAK RINDU





Jarak hanya rindu yang tak tiba tepat hati
Matahari, pagi dan sepi masih terasa seperti puisi yang sedih dan kehilangan arah tuju
Kepedihan berderap memasuki senja
Menetap di dadamu bagai dingin di musim hujan
Betapa deras rinainya di luar kian cemaskan sepiku.. 





Juni, 2011

DI SETIAP SEPI


Entah keriangan jatuh dimana, aku kehilangan pagi dan waktu- waktu terbaik 
Kekosongan mengisi banyak tempat, kehampaan lebih meriah dari pasar festival 
Di dadaku, lara mengendap tak terkira

Kesedihan jatuh bagai tanggal dari dalam kalender
Aku dihujani mimpi buruk di setiap sepi
Berbaris puisi berjalan entah kemana





Juni, 2011

TENTANG SENJA ITU



kapan itu kita menatap langit merah saga, 
bercerita tentang kau, tentang aku begitu dekat sekaligus begitu jauh 
di dada kita dan orang- orang sama riuhnya
sibuk bercakap- cakap tentang apa saja
aku menciummu, kau menciumku 
lalu tiba- tiba semua menghilang, berkabut 
namun rindu menumbuhkan keliaran di kepala menjadi semacam umpatan untuk terus di dekatmu

dan begitu terjal jalan untuk kembali
membuat hati patah tak putus diterakan sepi
senja itu, Kau..





Mei, 2011

BULAN DI ATAS JAMBOEDROE



Jam delapan malam itu 
Bukan deru kereta yang ku ingkari
Tapi cahaya yang berputar di lingkar matamu
Kesenyapan pun jatuh dari bibirku


Ada yang tak pernah siap menukar wajahmu dengan mimpi kapanpun itu
Jadi kujatuhkan segala dingin dari dada
Meski kau masih saja seperti dulu,
Membawa sedikit kejujuran untuk kau pinjamkan
Namun kita sama- sama menolak kesalahan
Seperti sepi yang bertahan di tubuhku ini
Membangun ingatan tentang engkau
Tentang waktu- waktu yang kita buang seolah kita tak lagi memiliki bagian dalam diri yang lain
Tak kupikir orang- orang yang mencintaiku setengah mati
Kau selalu saja mampu menelanku,
Mengarus ke hulu yang tumbuh di dadamu

Siapa yang salah jika kata- kata kini setajam pedang
Memaksa membawa segala kekosongan ke dalam hati berulang- ulang
Dadaku pun senyap, masai
Sangsai berbulan- bulan

Bulan di atas Jamboedroe
Pesta sudah usai
Aku juga ingin kita
Namun barangkali hakikatnya rindu itulah segala harapan
Menjadi cinta yang tak pernah mampu bertahan
Di dadamu..





Juli, 2011

RINDU ITU


31 seconds ago
Nona G Muchtar


  • setangkup sandwich beef lada hitam
    membuatku terlihat bodoh
    begitu banyak remah- remah yang jatuh
    nempel seperti ketombe pada bawahan hitamku

    segelas cappucino membuatku hanyut
    dengan lagu cinta kita* direpeatkan berkali- kali
    kesedihan itu ada ketika kau merasa sendiri di tengah donat dan lalu lalang pembezoek
    memikirkan cinta yang hilang bahkan sebelum dia datang mewujud sebagai Kau..


    *Cinta Kita, Reza Artamevia

    19072011

SURAT UNTUK MARC ANTHONY

Coz 'you sang to me' 

Dari sini diam- diam aku memandang wajahmu. Malam terasa lebih kelam dari biasa. Suara angin mati dan yang berdesir hanya ingatan di kepala. Sepi berjejalan dengan rindu, memaksa untuk percaya, betapa ketika suaramu menjadi semacam melodi, aku tak pernah seriang itu. It was. 

Terasa kian getas sendiri ini ketika gesekan daun di batang pohon hanya terdengar dari hati. Dan setiap lagu- lagu yang terdengar itu benar, pelan- pelan sepi membuka kesedihan, sedalam matamu, sebanyak kenangan yang terucap. Namun tak cukup membuatmu tinggal lebih lama. How come you not thinking of me. 

Aku mencintaimu lebih dalam dari ukuran hati itu sendiri. Dan pernahkah kau mengukur kedalaman hatimu ketika kehilangan tiba- tiba memaksa masuk di sana. 

me, 

your poem 





July, 2011 

23072011


a few seco




  • sebuah cinta lelap di punggungku tempat rindu kau dera berulang- ulang senja tadi


    July, 2011

KANGEN


6 seconds ago
Nona G Muchtar



  • Aku mencarimu dari kabut yang turun di kotaku
    Berharap kabut yang sama turun di kotamu, membawa bayanganku
    Aku ingin menjadi sekotak gabus yang hanyut ditelan ombak
    Berharap gelombang menepikanku di kotamu

    Aku mencarimu di terminal- terminal kedatangan bandara Soetta
    Berharap di antara kepulangan dan kepergian itu kau ada
    Aku mencarimu di setiap jalan yang pernah kita lewati
    Barangkali di sana masih ada jejakmu
    Sebelum laju busway dan ribuan sepeda motor menggilasnya

    Aku mencarimu di mana saja
    Menara Peninsula, tepian Melawai, Monas, Gambir bahkan di pasar Kebayoran
    Kau tak kunjung
    Hatiku yang sudah terlalu lama kau tinggalkan ini
    Bilik- biliknya berderak sepi,
    Getir memimpikan sebuah cermin yang memunculkan dua tubuh, gagal menjadi setia

    Dan seringkali kegetiran membawa halusinasi
    Aku mendapati wajahmu pada wajah- wajah yang lain
    Tapi karena dia bukan kau, kangenku menjelma hujan sore ini..


    12052011

BERSAMAMU

Rona- rona langit, pekik camar dan aroma laut
Arak- arakan awan bergerak menuju jauh
Ini senja yang kesekian bersamamu
Dalam langkah kita setia menepikan rindu
Bercerita tentang karang dan ombak yang mendebur serupa hatiku 
Buihnya lekat di pasir dan batu- batu

Perahu- perahu di kejauhan, nelayan menjala ikan
Kita berjejalan mencari kehangatan dalam puisi 
Anak- anak bermain bola
Penjaja makanan sibuk melayani pelanggan
Gemuruh menyepi, gelombang terus berkejaran 
Ada kenangan yang ingin dirayakan 

Langit merona senja, burung- burung kembali ke sarang
Kita masih bertanya- tanya tentang sunset
Sibuk mencatat keindahan dan resah yang selalu datang
Sedang aku masih terjaga pada satu titik, matamu yang puisi 
Dan indahnya Pangandaran setiap waktu
Tapi orang- orang bergegas kembali
Pulang 
Kita?
Aku ingin jadi ombak, melaut padamu

3 FIKSIMINIKU

DIKIBULIN 

“Jangan malam ini sayang. Aku letih,“ bisik Roni.
“Kita masih punya lain waktu kan?“
“Pasti,“ jawabnya sambil mencium cuping telinga tunangannya dengan bosan.
“Masalahnya, aku baru saja bercinta dengan Alex sepupumu, babe," bathinnya puas.





MAIN SERONG 

Laki- laki itu kelabakan tiap istrinya berada di dapur. Sambil mengketuk- ketukan sendok ke piring atau apa saja yang menimbulkan suara berisik, dia menyanyi dengan keras..,“aku tak mau jikalau aku dimadu, pulangkan saja kepada orang tuaku.. “




BANCI 

Tiap sabtu malam Joni mangkal di perempatan dekat rumah pak Lurah. Meninggalnya sang nenek membuat laki laki kekar itu berhenti jadi petinju dan mulai memakai gamis, pupur dan gincu.





mei, 2011

SELEPAS KAU PERGI

Hujan turun setiap hari 
Bahkan ketika tak ada musim yang lewat 
Layang- layang bermimpi terbang sendiri 
Aku ke laut, di sana ombak masih nampak biru 
Bakau- bakau tumbuh subur 
Karang masih setegar gelombang 
Lukaku menjadi kabut 

Selepas kau pergi 
Dalam kepulan debu bayang wajahmu riang menjuntaikan sepi 
Jalan- jalan masih ramai 
Lampu- lampu bergegas mengejar laju kendara 
Di sana menjulang gedung sepanjang simatupang namun hanya kau yang terkenang 
Dan itu masih juga membuang keramaian yang tumbuh perlahan 

Begitulah 
Selepas kau pergi di Jambodroe riangku kesepian 
Senja jatuh perlahan dari dadaku 
Burung- burung pipit di atas beton beterbangan 
Mencuri riang yang tersisa 





OKTOBER, 2010

GAMBIR DALAM KENANGAN




Kereta~ kereta datang dan pergi
Gemuruhnya mengalahkan sepi 
Di peron satu aku menunggu engkau 
Di bangku besi yang dingin 
Suara roda kereta teredam debarku sendiri

Menulis puisi tak dapat mengusir penat yang tumbuh perlahan
Merayap dari bangku dan dada orang orang yang betah menunggu
Aku terkesiap ketika subuh datang menjelang
Lampu lampu dipadamkan
Cahaya di hatiku ikutan padam
Ternyata tak satu kereta datang mengantarmu kepadaku
Segelintir penjemput menatap jemu
Keningku yang penat
Ataukah rindu yang tak mampu membawamu datang
Oh..

Betapa selama ini telah lama kau lupakan
Aku bisa kehilangan kata kata 
Dan dadaku tak seluas laut untuk menyimpan kesedihan
Aku tersendiri lagi
Mencoba belajar menggugurkan pengap 
Oleh kehilangan
Engkau


Nov 2010

EMPAT JAM KUTULIS PUISI UNTUKMU

Empat jam kutulis puisi untukmu
Terdengar gerimis di luar pintu pelan- pelan menjadi hujan
Alangkah sepi memandang jelaga yang diam- diam luruh
Daun- daun, kuncup mawar dan segala yang gugur terbawa air 
Kupandang langit terang setelahnya
Sebiru laut yang tumbuh di kedua bola matamu
Kupikir dirimu sedang mengingatku juga

Barangkali ada yang jatuh semalam di dadaku
Kukira hanya rindu yang salah jalan
Atau cahaya bulan di balik kaca
Ternyata riang yang datang darimu
Berulang ulang mendegupkan jantung
Seolah bahagia selalu datang dari ujung jalan

Kamu yang membuatku menulis puisi empat jam ini
Secarik kertas untuk kutulisi mengapa tiba- tiba seperti masa depan :
Sebuah ladang dipenuhi huma
Bunga kopi, dan segalanya tumbuh rindang
Burung- burung dan matahari terjebak, ikut- ikutan melankolis
Seolah kita memanggul kesedihan yang beriak

Rasanya tak perlu menunggu ingatan tumbuh menjadi kenangan
Sebab keriangan tiba- tiba bersayap
Juga kau

Empat jam kutulis puisi untukmu
Benarkah sudah selama itu..




10062011

PUISI PAGI UNTUKMU

Ini puisi paling pagi kutulis untukmu 
Sebelum embun datang di bawah jendela kamarmu 
Sebelum matahari membangunkan ingatan di kepala 
Seperti juga segala kenangan yang kau tumbuhkan 
Rindu itu jadi warna matamu 
Dengan tawa yang memanjangkan segala luka 

Di dadaku yang masai 
Kau tumbuh menjadi sumbu 
Rindu nyala di sana 
Sungguh, berkobar 

Dan kau tahu, aku selalu menuliskannya untukmu, puisi ini.. 

Juli, 22'2011