Thursday, December 13, 2012

CATATAN- CATATAN KECIL



@. kita diciptakan dari kenangan, rindu dan doa. sebagaimana cinta tercipta untuk kita, yang saling mendoakan, yang saling menghinakan untuk benci yang kadang- kadang datang. oh iya, hidup bukan cuma cinta dan kenangan, kan? ada puisi yang selalu menunggu untuk dituliskan, juga bunga yang mendadak tumbuh di tubuhmu, sesekali.




@ barangkali, di dalam koper merah yang diam di sudut itu bisa menghilangkan kesepian, yang betah berlama- lama dan akhirnya kupelihara. sepasang sepatu, syal biru tua, dikirim ke alamatku setelah tigaratus lima puluh ribu kukirim dari m- banking dan buku alamat- alamat terakhir, harapan yang selalu ingin kuajak serta, berebut menghilangkan kecemasanku akan bahagia. aku pergi sayang! aku pergi dari hatimu yang pernah menganga karena kutukan cinta. perempuan yang hingga kini tak bisa lepaas engkau gambarkan sebagai daun, hujan dan sunyi.



@ seperti ranjang yang terlambat untuk ditiduri, dingin yang menempel pada serabut seprai yang halus dan licin, menunggu gemerisik tubuh mendatanginya, seperti kita menunggu harapan datang meski kegalauan kadang- kadang menghadang, dan hidup terasa begitu menjemukan. bukankah begitu, sayang?




2012 

YANG SESUNGGUHNYA


sungguh benar aku mencintaimu hingga asam lambung seringkali naik menjadi lendir kuning di lidah lalu tumpah di bawah jendela.

sungguh benar aku merindukanmu hingga penghancur enzim dan minyak aroma therapy setia di kantong Prada, tenggelam dalam LV tiruanku, seperti namamu yang slalu diam terbawa.

saat itu bayang wajahmu, aroma melati dan keliaran jemari mematuk sepi- sepi yang berkumpul di rongga dada, juga malam ketika rindu menjelma keinginan untuk saling memagut pada jok kabin sebuah taxi. bibir kita memahat kenangan di sepanjang jalan kota metropolitan.

kali ini ada puisi, TIM dan kau di dadaku

2010

MATAMU



Seperti sekumpulan sajak, matamu membuatku takjub. Tak berhenti kubaca setiap urat- urat kecil yang melingkar di sana, membaca dan mengingat betapa aku bahkan bisa berlama- lama duduk dan hanya memandang wajahmu.
Seperti sekumpulan rindu, tak berhenti kupelajari serabut di matamu itu, seolah itu jalanku menuju, mencari yang tak pernah kutemui di tubuhmu.
Pupil matamu, aku pernah berhenti memandangnya sekali waktu, menikmati keheningan disana seolah sepi akan berakhir dan aku tak ingin itu.
Akhirnya, aku cuma bisa mengingatmu di sembarang waktuku, berpura- pura menjadi puisi yang kau tulis, dan tak berbahagia ketika memang itu bukan yang kumau

 

Juli, 2012

LUKA



Apa yang dulu kusebut luka, kini berdiam dalam diriku. Sesuatu yang dulu sudah berusaha mati- matian kutinggalkan di kejauhan, beribu- ribu kilometer jaraknya dari tubuhku.
Entah musim apa tiba- tiba saja dia sudah di depan pintu hatiku, mengetuk jantungku serupa tamu.
Maka kubiarkan masuk dia dan melepas sepatunya di luar jangkauanku. Kusuguhi dia perasaanku, dan dia menyukai rasa asin dari
airmataku, maka dia naik pula di mataku. Berjalan- jalan seolah- olah di sana ada sebuah mall, membawa perihnya hingga terasa ada ribuan jarum yang sedang merajut pelindung bagiku.

Mungkinkah? Mungkinkah dia sekaligus datang dan melindungiku dari serbuan luka yang lain? Kupikir begitu, maka kubiarkan luka itu menempatkan dirinya di dalam diriku dengan nyaman.
Apa yang kubisa selain memberikan sedikit tempat baginya untuk mengenalkanku pada bahagia yang sesungguhnya? Tak ada, kecuali rasa kehilangan yang terus mengikutinya, menjadi ekor seperti rusa yang kehilangan tanduk, mencari- cari bagiannya di bagian tubuhku yang lain.
Maka di sanalah dia. Berdiam dan santun mengirimiku rasa kehilangan yang paling sangat : rindu

April 2012

AKU TERUS MENCARIMU



aku mencarimu, Firsa.
Kadang berpura- pura menjadi denting jam,
bertengger diam di lobi sebuah hotel.
mencari sekuntum senyummu tiap pintu lift membuka,
terperangah disikut langkah- langkah turis asing. kau tak pernah ada.

aku terus mencarimu, Firsa
sesekali bahkan tersesat di pasar depan kota,
menimbang- nimbang kembang yang gugur dihela angin
penjual bunga memanggilku dengan namamu. aneh bukan?
aku lalu memilih baju sewarna wortel segar, mencoba memikat matamu
dan menarikku keluar dari pusaran kenangan. tapi engkau di mana?

aku terus mencarimu, Firsa.
hingga tandas kuteguk kesepian itu dari lekat bayang wajahmu
kesesalan seperti batu kecil, beribu kali mengeras di bawah langkahku
luka itu berserabut sampai ke hati, kau tahu!

sungguh telah jauh waktu berlalu, Firsa
dan perjumpaan demi perjumpaan yang tak kunjung,
menghanyutkanku pada setandan kenangan, tak sudah- sudah



september 2012

CINTA



cinta itu pernah ada dalam tawa canda, air mata. 
dan kenangan membukukannya dalam hati 
juga ingatan hingga moment itu benar- benar menghilang diseret waktu
saat itu, mungkin kita hanya sebuah debu kecil yang tak mau pergi, 
nyangkut di serat dan alur sebuah kemeja, 
mengikutimu bertahun- tahun hingga lapuk dimakan rayap
terbuang sepi pada sudut yang tak pernah diberi cahaya.

pada akhirnya memang semua kenangan akan terbuang dan hilang..



13122012