Friday, June 7, 2013

SURAT ELEKTRONIK UNTUK FAISAL FIRSA


apa kabar, Fa? bagaimana cerita tentang daun- daun di hatimu? masih sehijau harapanmu, kah?
semoga Tuhan mendengar setiap doa yang kita tanam pada matahari, bulan, bintang dan sungai- sungai itu.
dan di mana pun berada kuharap kau selalu dalam keadaan baik- baik saja.

kau tahu, keinginan untuk bertemu membuatku berkali- kali masuk ke dalam kenangan kita, mencoba memanggilmu dari sana dengan segala upaya. bahkan tubuhku menjelma buku- buku yang ingin kau tulisi.
maka selalu kutumbuhkan harapan, kedatanganmu yang disisipi rindu bertahun- tahun itu.

mungkin Tuhan tidak berkenan mempertemukan kita lagi ya, jika selalu saja akhir dari perpisahan itu ada duka yang begitu panjang & lama. belum lagi sepi yang hadir, ketika menatap bayang hutan dan samudra dalam matamu itu..

sesungguhnya Fa, telah lama kau penjarai aku. dalam hitam putihnya hidupmu, dalam perjalananmu yang kerap kali menjatuhkanku ke dalam sepi berhari- hari. dan waktu berhari- hari itu telah menjelma tahun. kita bahkan telah membangun berpuluh kenangan dengan yang lain selama itu.

musim- musim pun telah lama bergantian datang & pergi, membuatku limbung hanya dengan menyebut namamu. dan tetap saja hanya ada namamu..

" I remember all those crazy things you said
you left them running through my head
You are always there
you are everywhere
But right now I wish you were here.. "

(Avril Lavigne)


I wish you were here.
berapa lama kita tak bertemu? dua, tiga atau empat tahun?
semenjak kau tak ada, aku tak lagi menghitung berapa lama waktu bergulir. semua hari terasa sama, kosong. bagai robot perempuan yang kemayu, hidupku ternyata tak lebih baik dari itu.
seperti kanvas putih yang ditinggalkan pelukisnya, berbaring di sudut sembari menunggu matahari terbenam dan pagi datang lagi..

bila malam tiba Fa, saat lampu- lampu dinyalakan dan orang- orang berebut pulang ke rumah, aku masuk dalam perasaan yang karib dengan kesepian, kegalauan yang umum, kerapkali ini kusebut rindu. kangen yang begitu nggigit. rasanya benar- benar tak nyaman.

dan sekian lama menunggumu aku dihinggapi beberapa penyakit. punggung yang letih ketika berjalan jauh dan kadar gula dalam darah lumayan tinggi. kurasa aku kena diabetes dan radang sendi. juga sakit kepala dan mual yang sesekali datang ketika pekerjaan membuatku lupa waktu.
tapi kunikmati semua seraya berharap, suatu hari nanti kau tahu, memikirkanmu pun aku kadang dihantam sakit dan perih- perih kekasih yang ditinggal pergi.

lalu mereka akhirnya memanggilku perempuan tua hanya karena beberapa helai uban nampak menyembul dari lebat rambutku di atas telinga dan keluh saban hari.

barangkali di sana kau juga mulai menua? di ujung ke dua matamu beberapa lipatan kecil yang lucu dan dulu sering kukecup masih teringat jelas. dan aku selalu membayangkan senyummu itu, masihkah dapat menjatuhkan hati para kekasihmu, membuatku tetap cemburu di usia segini?
namun aku percaya, sesuatu dalam dirimu akan selalu meledak- ledak ketika mengingatku, sama seperti di sini ketika mengingatmu.

tak banyak yang kuharap selain rinduku menemukan tempatnya di hatimu Fa. namun semoga, ketika pada akhirnya Tuhan bermaksud mempertemukan lagi, kuharap kita tak dikalahkan waktu itu sendiri.

dan beginilah Fa, usiaku yang rajin menekur jalan kepadamu, kerap menghirup kenangan dari tawa kita, mengendapkan seribu lara yang terbangun dari tahun- tahun lewat karena begitu lamanya kusimpan keinginan untuk sekedar memandang wajahmu, menggeliat di atas lingkar hitam keningmu karena memikirkan yang lain, duduk dan menatap masa depan di sepanjang urat kayu pada bangku depan gedung megah itu, ketika Jakarta bagai pasar malam, meriah dengan lampu- lampu juga iklan bilboard di jalan protokol.

tak banyak yang dapat kutuliskan untukmu Fa. hanya berkabar tentang rindu & waktu yang begitu getah menyimpanmu entah di belahan mana.
namun sekaligus terasa sangat bodoh dan menyedihkan ketika aku hanya bisa menuliskan surat untukmu sementara orang- orang bertemu, memandang wajah kekasihnya penuh kangen.

If tomorrow never comes, you should know how much I need you..

usia kita mengalir masih serupa perjalanan, Fa.
namun tak rela kulepas senyum untuk kehilangan ini, kenangan bagi yang gagal mendiami jantungku.
Kau.






Jakarta, 2013
(Elena)