Empat jam kutulis puisi untukmu
Terdengar gerimis di luar pintu pelan- pelan menjadi hujan
Alangkah sepi memandang jelaga yang diam- diam luruh
Daun- daun, kuncup mawar dan segala yang gugur terbawa air
Kupandang langit terang setelahnya
Sebiru laut yang tumbuh di kedua bola matamu
Kupikir dirimu sedang mengingatku juga
Barangkali ada yang jatuh semalam di dadaku
Kukira hanya rindu yang salah jalan
Atau cahaya bulan di balik kaca
Ternyata riang yang datang darimu
Berulang ulang mendegupkan jantung
Seolah bahagia selalu datang dari ujung jalan
Kamu yang membuatku menulis puisi empat jam ini
Secarik kertas untuk kutulisi mengapa tiba- tiba seperti masa depan :
Sebuah ladang dipenuhi huma
Bunga kopi, dan segalanya tumbuh rindang
Burung- burung dan matahari terjebak, ikut- ikutan melankolis
Seolah kita memanggul kesedihan yang beriak
Rasanya tak perlu menunggu ingatan tumbuh menjadi kenangan
Sebab keriangan tiba- tiba bersayap
Juga kau
Empat jam kutulis puisi untukmu
Benarkah sudah selama itu..
10062011
karena mereka adalah berharga.. dan sempurna dimata
ReplyDelete