Friday, July 29, 2011
KAU DAN OMBAK PARANGTRITIS
: Dian Satyandari
memandang gemuruh ombak
gelombang melepas, riaknya berkejaran
menepi jadi buih, pada batu, pada pasir, pada jiwaku
menyatu di kedalaman
seolah itu adalah kau
palung- palung tak kasat mata
karang- karang merdeka di kejauhan
seperti senyummu mengajakku
sepertinya tak dapat kulupakan itu
wangi senja dan warna matamu
ombak dan pasir riang menyapu sepi
bagaimana melukiskan saat ada kau di sana
namun hatimu terbang seperti camar
segenap cinta luruh bersama sunset
hatiku cabar, memilih tak keruan dilewati sepi
malam menjadi lebih sunyi dari kunang- kunang
gelap dan keterasingan tak lagi mampu menuntun hingga gemetarku di bawahmu semata- mata karena kita tak lagi terbangun oleh kesanggupan untuk saling mencintai
dan kita tidak banyak membangun kenangan untuk diingat- ingat
maka kepedihan bagai sampan di tengah laut
terombang ambing rindu dan dukacita
kepergian pun lupa jalan pulang
kau dan ombak parangtritis,
pantai dan juga senyum manis itu
bukan kenangan yang lupa ku closed kan
namun luka yang terus hidup
tumbuh bagai mata air
kau dan juga semua kenangan,
di sini kelegaan bernama mimpi
ingatan menguap tapi kau tidak
sepertinya aku memang tak dapat melupakanmu
ya, engkaulah kehilangan yang tak pernah kucari namun kerap mengganggu mimpi dan jagaku
06052011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment