Saturday, July 30, 2011

UNTUK SEBUAH NAMA





Berusahalah agar kenangan kita tidak ditumbuhi jamur dan rayap. Karena waktu tak pernah siap menjadikanku koki yang piawai memasak duka menjadi santapan lezat. Nanti hanya ada rindu yang getir dan masam. Lalu bibir- bibir kita tak akan mampu lagi saling memagut.

Berusahalah jangan sampai jendela dan pintu terbuka pada akhirnya tertutup karena di luar hujan selalu menderas, mengusik matahari. Sedangkan lembab bagi jiwaku adalah musim yang tak pernah mati menepis hari menjadi kenangan. Lalu jari- jari nakal yang mengukir keengganan untuk berpisah itu hanya akan membuat kita mendegut ludah berulang- ulang. Kepengen? Tentu saja, sayang!

Kau lihat, aku terlalu tegang saat orang- orang berteriak, bahwa akan selalu tumbuh sajak-  sajak liar dari tubuhmu yang siap menghujam seluruhku. Dan kau tahu, itulah yang kumau. Sebab bertubi- tubi rasa sakit hanyalah ketika membayang- bayangi sesuatu di balik celanamu ada yang tumbuh dan mengeras seperti batu, namun karena khilaf yang malu, aku berada di seberang ranjang yang bukan punya kita. Sungguh, mempertahankan rasa ingin menggumuli sajak di matamu yang luar biasa itu adalah sebuah kedunguan tak terampuni.

Kekasih, aku selalu takut kau tiba- tiba pergi. Aku bahkan ingin membuat sebuah pengakuan, ayolah, biar aku saja yang mati duluan! Bahkan dadapun tak punya anti cemburu lagi. Apakah dengan ini kau akan baik- baik saja atau kita hanya akan menjadi penonton Vampir yang murung?









03/07/2010

*nb : hari ini aku baik- baik saja. tapi ketika mengingatmu, aku bisa menjadi tidak baik- baik saja.



No comments:

Post a Comment